Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH PERJALANAN JANRA NGIRA: Dari Kebun Hijau hingga Kemasan Segar di Tanganmu


Semuanya bermula dari sebuah “jan ora ngira”

Beberapa tahun lalu, di lereng-lereng kapur Gunungkidul yang kering dan di tanah subur Gebang, Sleman, kami mulai menanam mint secara sederhana. Awalnya hanya percobaan kecil: tanaman mint yang tahan panas, harum, dan ternyata sangat cocok tumbuh di tanah Yogyakarta. Siapa sangka, daun kecil beraroma segar ini akan menjadi cerita besar yang kini kami namakan Janra Ngira.

Tahap 1: Kebun – Tempat Mint Lahir dan Tumbuh Subur Kebun kami tersebar di dua lokasi yang saling melengkapi. Di Gebang, Sleman, tanahnya subur dan mendapatkan cukup air, sehingga mint tumbuh lebat, daunnya tebal, dan aromanya kuat. Sementara di Semoyo, Patuk, Gunungkidul, tanah kapur yang kering justru membuat mint kami lebih harum — tanaman “stres” ringan menghasilkan minyak esensial yang lebih pekat.

Setiap pagi, para petani lokal — bapak-bapak dan ibu-ibu dari desa sekitar — datang ke kebun dengan senyum ramah. Mereka yang memahami tanah ini sejak kecil: kapan harus menyiram sedikit saja, kapan harus memangkas agar tanaman tetap rindang. Kami tidak menggunakan pestisida kimia. Semua alami, karena kami ingin mint ini benar-benar membawa kesegaran sejati bagi yang mengonsumsinya.

Tahap 2: Panen dan Produksi – Sentuhan Tangan Lokal di Sumber Tetes Ketika daun mint sudah pada puncak kesegarannya, kami panen secara manual di pagi hari saat aroma paling kuat. Daun-daun pilihan itu kemudian dibawa ke unit produksi kami di Sumber Tetes, Patuk, Gunungkidul.

Di sini, lagi-lagi tenaga lokal yang menjadi jantung operasi kami. Para ibu rumah tangga dan pemuda desa membersihkan daun satu per satu, mencuci dengan air bersih, lalu mengeringkannya dengan teknik low-temperature drying yang kami kembangkan sendiri. Proses ini menjaga warna hijau cerah, aroma tetap hidup, dan khasiat mint tidak hilang. Tidak ada mesin besar yang bising — hanya tangan-tangan terampil dan cerita ringan sambil bekerja.

Hasilnya? Mint kering yang masih terasa “hidup”: saat diseduh, aromanya langsung menyebar, seperti baru saja dipetik dari kebun.

Tahap 3: Kemasan dan Pemasaran – Kembali ke Gebang, Sleman Setelah kering dan lolos pengecekan kualitas, mint kami dikemas rapi di unit pemasaran Gebang, Sleman. Kemasan kami sederhana tapi ramah lingkungan, dengan jendela transparan agar kamu bisa melihat sendiri hijau cerah daun mint di dalamnya. Di sini juga kami menyiapkan setiap pesanan — dari grosir untuk kafe dan restoran hingga kemasan kecil untuk rumah tangga.

Mengapa Kami Lakukan Semua Ini? Karena kami percaya, kesegaran sejati bukan hanya soal rasa, tapi juga soal cerita di baliknya. Setiap kemasan Janra Ngira yang sampai di tanganmu telah melewati tangan puluhan petani dan pekerja lokal — orang-orang yang bangga bisa menghidupi keluarga dari tanaman yang mereka rawat dengan cinta.

Dan yang paling penting: saat kamu menyeduh secangkir teh mint Janra Ngira di rumah, kamu tidak hanya mendapatkan kesegaran yang seger nggunggah jiwa, tapi juga ikut mendukung perjalanan kecil dari desa-desa di Yogyakarta ini.

Jan ora ngira, ya? Dari daun kecil di kebun kapur Gunungkidul dan tanah subur Sleman, kini ada di cangkirmu — membawa hembusan segar yang tak terduga.

Coba satu kemasan Janra Ngira. Rasakan sendiri ceritanya.

Janra Ngira – Dari Kebun Lokal, Untuk Jiwa yang Butuh Segar.

Salam hangat dari kami semua di Gebang, Semoyo, dan Sumber Tetes 🌿



Post a Comment for "KISAH PERJALANAN JANRA NGIRA: Dari Kebun Hijau hingga Kemasan Segar di Tanganmu"